Video Materi Pengantar: Silakan simak video materi di bawah ini untuk memahami konsep dasar Uang, Inflasi, dan Perbankan sebelum masuk ke diskusi.
Catatan: Ini adalah rangkuman materi lengkap Sesi 7 (Slide & Video Materi).
Untuk melihat daftar lengkap semua rangkuman modul (Sesi 1-8) dari mata kuliah ini dan mata kuliah lainnya, silakan kunjungi Halaman Indeks Utama.
Rangkuman Materi Sesi 7: Uang, Inflasi, dan Lembaga Keuangan
Sesi ini membahas sektor moneter yang menghubungkan transaksi ekonomi antara Rumah Tangga Konsumen (RTK) dan Rumah Tangga Produsen (RTP) melalui peran uang dan lembaga keuangan.
A. Konsep Dasar Uang
Uang adalah segala sesuatu yang diterima secara umum sebagai alat tukar dan alat bayar untuk mengatasi inefisiensi sistem barter.
Fungsi Asli Uang:
Medium of Exchange (Alat tukar): Mempermudah transaksi jual beli.
Unit of Account (Satuan hitung): Menentukan nilai/harga barang.
Store of Value (Penimbun nilai): Menyimpan kekayaan untuk masa depan.
B. Inflasi (Materi Video)
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi kecuali jika kenaikan itu meluas.
Penyebab Inflasi:
Demand Pull Inflation: Tingginya permintaan masyarakat yang melebihi kapasitas produksi.
Cost Push Inflation: Kenaikan biaya produksi (misal: kenaikan BBM atau upah buruh) yang mendorong produsen menaikkan harga.
Jumlah Uang Beredar: Terlalu banyak uang yang dicetak/beredar di masyarakat.
Dampak Inflasi: Menurunkan daya beli masyarakat (nilai riil uang turun) dan menciptakan ketidakpastian ekonomi.
C. Lembaga Keuangan (Materi Video)
Lembaga keuangan berfungsi sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan pihak yang kelebihan dana (surplus unit/penabung) dengan pihak yang membutuhkan dana (deficit unit/investor/peminjam).
Lembaga Keuangan Bank:
Dapat menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito.
Memiliki kemampuan menciptakan uang giral (uang bank).
Contoh: Bank Umum (Mandiri, BCA, BRI) dan BPR.
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB):
Menghimpun dana secara tidak langsung (misalnya melalui premi atau surat berharga).
Tidak bisa menciptakan uang giral.
Contoh: Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Leasing (Multi Finance), Pasar Modal.
D. Bank Sentral dan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral memiliki tugas utama menjaga kestabilan nilai Rupiah (terhadap barang/jasa dan mata uang asing).
Kebijakan Moneter: Upaya Bank Sentral mengendalikan jumlah uang beredar untuk mencapai tujuan ekonomi (stabilitas harga).
Instrumen Kebijakan Moneter:
Operasi Pasar Terbuka: Jual beli surat berharga (SBI/SBN).
Politik Diskonto: Mengatur suku bunga acuan (BI Rate).
Giro Wajib Minimum (GWM): Mengatur cadangan kas minimum bank di BI.
Diskusi Sesi 7
Diskusikan dengan teman Anda bagaimanakah sejarah perbankan di Indonesia sampai saat ini!
Sejarah Perbankan di Indonesia: Dari Kolonial hingga Era Digital
Izin menanggapi diskusi mengenai sejarah perbankan di Indonesia. Secara garis besar, sejarah perbankan kita dapat dibagi menjadi beberapa periode penting:
1. Era Kolonial Belanda & Jepang
Cikal bakal perbankan dimulai dari berdirinya De Javasche Bank (1828) oleh pemerintah Hindia Belanda yang berfungsi sebagai bank sirkulasi. Selain itu, terdapat bank-bank milik Belanda lainnya seperti Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij. Pada masa pendudukan Jepang, bank-bank Belanda dilikuidasi dan diganti dengan bank-bank Jepang.
2. Era Awal Kemerdekaan (Orde Lama)
Pasca kemerdekaan, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi bank-bank asing. Tonggak sejarah penting adalah berdirinya BNI 1946 sebagai bank pertama milik negara. Pada tahun 1951, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia (BI) yang bertindak sebagai Bank Sentral. Bank-bank pemerintah lainnya seperti BRI dan Bank Mandiri (merger bank-bank pemerintah) mulai terbentuk.
3. Era Orde Baru (Deregulasi)
Perbankan mengalami pertumbuhan pesat terutama setelah paket kebijakan Pakto 88 (Oktober 1988) yang mempermudah pendirian bank swasta. Hal ini memicu menjamurnya jumlah bank di Indonesia, namun juga menimbulkan masalah lemahnya pengawasan.
4. Era Krisis Moneter 1998 & Reformasi
Krisis 1998 memukul telak sektor perbankan. Pemerintah membentuk BPPN untuk menyehatkan perbankan. Lahirlah Bank Mandiri (hasil merger 4 bank pemerintah) pada 1999. Pengawasan bank kemudian diperketat dan Bank Indonesia menjadi lembaga independen.
5. Era Modern & Digital (2011 - Sekarang)
Fungsi pengawasan perbankan dialihkan dari BI ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai 2014. Saat ini, kita berada di era Digital Banking di mana bank-bank berlomba meluncurkan layanan digital, serta munculnya persaingan dengan Fintech dan Bank Digital murni (neobank).
Terima kasih.
Tugas 3: Pengantar Ilmu Ekonomi (ISIP4112)
Soal 1: Jelaskan hubungan Circular Flow (aliran melingkar) antara produsen dan konsumen!
Soal 2: Tuliskan Fungsi Bank Sentral berkaitan dengan struktur perbankan suatu negara!
Soal 3: Diketahui C=700+0.90Yd; T=0,25Y; I=700; G=2000; X=900; M=0,1Y. (Full Employment Y=6.000).
Tentukan: 1. Fungsi Konsumsi, 2. Keseimbangan Pendapatan Nasional, 3. Perubahan Pajak untuk mencapai Full Employment.
Soal 4: Apa saja peranan perdagangan luar negeri dalam meningkatkan perekonomian?
Jawaban Soal 1: Circular Flow Diagram
Circular Flow adalah model ekonomi yang menggambarkan aliran uang dan barang/jasa antara dua pelaku utama, yaitu Rumah Tangga Konsumen (RTK) dan Rumah Tangga Produsen (RTP). Hubungannya adalah sebagai berikut:
Pasar Faktor Produksi (Input): RTK menyediakan faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal) kepada RTP. Sebagai balasannya, RTP memberikan uang berupa pendapatan (upah, sewa, bunga) kepada RTK.
Pasar Barang dan Jasa (Output): RTP memproduksi barang/jasa dan menjualnya kepada RTK. RTK menggunakan pendapatan mereka untuk membeli barang/jasa tersebut (pengeluaran konsumsi), sehingga uang mengalir kembali ke RTP sebagai pendapatan penjualan.
Aliran ini terus berputar membentuk siklus ekonomi yang saling ketergantungan.
Jawaban Soal 2: Fungsi Bank Sentral
Berkaitan dengan struktur perbankan, Bank Sentral (Bank Indonesia) memiliki fungsi strategis:
Lender of the Last Resort: Bank Sentral berfungsi sebagai pemberi pinjaman terakhir bagi bank umum yang mengalami kesulitan likuiditas untuk mencegah krisis sistemik.
Regulator dan Pengawas (Makroprudensial): Mengatur ketentuan perbankan (seperti Giro Wajib Minimum) untuk menjaga kestabilan sistem keuangan negara.
Penerbit Mata Uang Tunggal: Memiliki hak monopoli untuk mencetak dan mengedarkan uang kartal yang sah sebagai alat pembayaran.
Pelaksana Kebijakan Moneter: Mengendalikan jumlah uang beredar dan suku bunga untuk mencapai kestabilan nilai mata uang.
Jawaban Soal 3: Hitungan Makroekonomi
Diketahui:
C = 700 + 0,90Yd
T = 0,25Y
I = 700
G = 2.000
X = 900
M = 0,1Y
Y (Full Employment) = 6.000
1. Tentukan Fungsi Konsumsi sebagai fungsi dari Y
Yd (Pendapatan Disposibel) = Y - T = Y - 0,25Y = 0,75Y
C = 700 + 0,90(0,75Y) C = 700 + 0,675Y
2. Tentukan Pendapatan Nasional Keseimbangan (Y_eq)
Syarat Keseimbangan: Y = C + I + G + (X - M)
Y = (700 + 0,675Y) + 700 + 2.000 + (900 - 0,1Y)
Y = 700 + 700 + 2.000 + 900 + 0,675Y - 0,1Y
Y = 4.300 + 0,575Y
Y - 0,575Y = 4.300
0,425Y = 4.300
Y = 4.300 / 0,425 Y Keseimbangan = 10.117,65
3. Perubahan Pajak untuk Mencapai Kesempatan Kerja Penuh (Y = 6.000) Analisis: Karena Y Keseimbangan (10.117) > Y Full Employment (6.000), terjadi Inflationary Gap. Untuk menurunkan Y menjadi 6.000, kebijakan yang tepat adalah menaikkan pajak (kontraksi).
Kita gunakan rumus keseimbangan dengan target Y = 6.000 untuk mencari fungsi pajak baru:
Y = (Co + I + G + X) / (1 - c(1-t) + m)
6.000 = (700 + 700 + 2.000 + 900) / (1 - 0,9(1-t) + 0,1)
6.000 = 4.300 / (1,1 - 0,9 + 0,9t)
6.000 (0,2 + 0,9t) = 4.300
1.200 + 5.400t = 4.300
5.400t = 3.100
t = 0,57 (57%) Kesimpulan: Agar Y turun menjadi 6.000, tarif pajak (t) harus dinaikkan dari 0,25 (25%) menjadi 0,57 (57%).
Jawaban Soal 4: Peranan Perdagangan Luar Negeri
Memperluas Pasar: Memungkinkan produsen dalam negeri menjual kelebihan produksi (surplus) ke pasar internasional, meningkatkan skala ekonomi.
Transfer Teknologi: Memungkinkan masuknya teknologi modern dan mesin baru yang belum bisa diproduksi di dalam negeri.
Meningkatkan Devisa Negara: Ekspor menghasilkan devisa yang memperkuat cadangan devisa dan stabilitas mata uang.
Spesialisasi dan Efisiensi: Mendorong negara fokus pada produksi barang di mana mereka memiliki keunggulan komparatif, sehingga produksi global lebih efisien.