Sesi 6 Fungsi Pengawasan (Controlling)

Sesi 6 Fungsi Pengawasan (Controlling)

Capaian Pembelajaran setelah mempelajari materi Sesi 6:

Capaian Pembelajaran Umum:
Setelah mempelajari materi matakuliah ini Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan menganalisis tentang manajemen, fungsi-fungsi manajemen, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan kepemimpinan, pengawasan dan pengendalian, keahlian manajerial dan peran manajerial, serta manajemen kontemporer.

Capaian Pembelajaran Khusus:
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan pengawasan dan pengendalian, prinsip pengawasan, dan pengelolaan kinerja.

Salam,
Tutor.

Catatan: Ini adalah rangkuman materi Sesi 6.
Untuk melihat daftar lengkap semua rangkuman modul (Sesi 1-8) dari mata kuliah ini dan mata kuliah lainnya, silakan kunjungi Halaman Indeks Utama.

→ Kunjungi Daftar Isi Lengkap di Sini

Rangkuman Materi Sesi 6: Fungsi Pengawasan (Controlling) dalam Manajemen

Pengawasan atau controlling merupakan salah satu fungsi fundamental dalam manajemen yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi-fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, dan penggerakan. Fungsi pengawasan memiliki peran krusial dalam memastikan bahwa seluruh aktivitas organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Definisi dan Konsep Dasar Controlling

Controlling dapat didefinisikan sebagai fungsi manajemen yang bertujuan memastikan bahwa tindakan dan kinerja karyawan dalam organisasi diarahkan untuk mencapai tujuan bersama sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh manajemen. Pengawasan bukan sekadar memberikan instruksi kepada karyawan, melainkan mencakup proses yang lebih luas untuk memastikan bahwa instruksi tersebut diikuti dengan benar dan hasil yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Dalam konteks manajemen, controlling berarti manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan standar kinerja yang telah ditentukan sebelumnya dan memastikan bahwa kinerja karyawan sesuai dengan standar tersebut. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara kinerja aktual dengan standar, maka manajemen harus mengambil tindakan korektif yang diperlukan. Melalui fungsi pengawasan, manajemen memastikan bahwa sumber daya organisasi digunakan secara tepat untuk pertumbuhan organisasi dan tidak terbuang sia-sia.

Perbedaan Pengawasan dan Pengendalian

Meskipun sering digunakan secara bergantian, pengawasan dan pengendalian memiliki perbedaan konseptual yang penting untuk dipahami. Pengawasan adalah proses yang lebih luas untuk memastikan bahwa semua aktivitas yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan bersifat periodik atau berkala, dapat dilakukan secara harian, mingguan, atau bulanan, dan fokus utamanya adalah pada pengukuran kinerja. Pengawasan dapat dilakukan oleh pihak eksternal seperti auditor independen yang melakukan evaluasi objektif terhadap kinerja organisasi.

Sementara itu, pengendalian adalah tindakan konkret yang diambil setelah proses pengawasan menemukan adanya ketidaksesuaian atau masalah dalam pelaksanaan kegiatan. Pengendalian dilakukan setiap saat masalah ditemukan dan merupakan rencana tindak lanjut yang biasanya dieksekusi oleh pihak internal organisasi. Dengan kata lain, pengawasan berfungsi sebagai sistem deteksi dini untuk mengidentifikasi masalah, sedangkan pengendalian adalah respons aktif untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi tersebut.

Karakteristik Utama Controlling dalam Manajemen

Pertama, controlling merupakan proses yang dinamis. Seorang manajer harus mampu mengambil tindakan yang berbeda-beda tergantung pada situasi yang dihadapi ketika seorang karyawan gagal memenuhi standar kinerja. Manajer harus memiliki keterampilan untuk memutuskan bagaimana bereaksi terhadap situasi tertentu. Sebagai contoh, jika seorang karyawan sering tidak masuk kerja, manajer sebaiknya terlebih dahulu berbicara dengannya untuk menanyakan alasan ketidakhadirannya dan mencoba menyelesaikan masalahnya. Jika masalah terus berlanjut, barulah tindakan tegas dapat diambil. Pendekatan yang diambil akan berbeda antara karyawan yang sering gagal memenuhi standar kinerja dengan karyawan yang baru pertama kali gagal memenuhi standar tersebut.

Kedua, controlling adalah fungsi akhir dalam siklus manajemen. Fungsi ini mulai bekerja setelah tugas diselesaikan. Standar kinerja telah ditentukan sebelum pekerjaan diberikan kepada karyawan, dan setelah pekerjaan selesai, kinerja karyawan dibandingkan dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Jika kinerja karyawan sesuai dengan standar, tidak diperlukan tindakan apa pun. Namun, jika kinerjanya tidak sesuai, manajer harus mengambil tindakan korektif. Oleh karena itu, tidak salah untuk mengatakan bahwa controlling adalah fungsi akhir dalam proses manajemen.

Ketiga, perencanaan dan pengawasan berjalan beriringan. Seorang manajer perlu merencanakan agar dapat mengontrol tindakan karyawan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Misalnya, jika seorang manajer penjualan menetapkan target penjualan sebesar 5 miliar dalam satu kuartal dengan lima tenaga penjual di timnya, ia akan memberikan target 1 miliar kepada setiap tenaga penjual dan akan mengontrol tindakan mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dari contoh ini dapat dipahami bahwa tanpa perencanaan, pengawasan tidak memiliki arti, dan tanpa pengawasan, perencanaan tidak dapat berjalan sesuai keinginan.

Keempat, controlling adalah fungsi yang meresap di semua tingkat manajemen. Fungsi ini tidak dapat dihindari di tingkat manajemen mana pun. Semua tingkat manajemen perlu melakukan kontrol. Misalnya, manajer tingkat atas akan mengontrol tindakan manajer tingkat menengah dan mengawasi kinerjanya, dan dengan cara yang sama, manajer tingkat bawah bertanggung jawab kepada manajer tingkat menengah. Dengan cara ini, pengawasan dilakukan di semua tingkat, meskipun mungkin ada perbedaan dalam metode kontrol dan tindakan korektif yang diambil ketika kinerja karyawan tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Kelima, controlling bersifat berorientasi ke depan. Seorang manajer dapat mengontrol kinerja karyawan dengan melacak tindakan masa lalu mereka. Manajer mencatat kinerja karyawan sehingga dapat dilakukan tindak lanjut ketika tiba waktunya untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan.

Proses Sistematis dalam Controlling

Proses pengawasan dalam manajemen terdiri dari beberapa langkah sistematis yang harus diikuti agar kontrol dapat dilakukan secara efektif. Langkah pertama adalah pembentukan standar. Manajer pertama kali menyusun laporan yang menyatakan standar yang diharapkan dari proyek yang diberikan kepada karyawan. Standar tidak ditentukan secara acak, tetapi didasarkan pada kinerja karyawan di masa lalu, kinerja musim sebelumnya, dan kondisi pasar. Sebelum standar yang diharapkan diungkapkan kepada karyawan dan target diberikan kepada mereka, standar tersebut harus mendapat persetujuan dari manajemen senior. Setelah mendapat persetujuan, standar ini didiskusikan dengan anggota tim dan target diberikan kepada setiap anggota tim. Standar yang telah ditetapkan memberikan tujuan bersama bagi karyawan untuk bekerja mencapainya.

Langkah kedua adalah pengukuran kinerja aktual. Setelah tugas selesai, tugas manajer adalah mengukur kinerja karyawan. Manajer akan menganalisis kinerja setiap karyawan dan meminta mereka menyerahkan laporan kerja mereka. Pengukuran ini dapat dilakukan melalui berbagai metode, baik kuantitatif maupun kualitatif, tergantung pada jenis pekerjaan dan standar yang telah ditetapkan.

Langkah ketiga adalah membandingkan kinerja aktual dengan standar kinerja. Setelah pengukuran kinerja aktual dilakukan, perbandingan dibuat antara kinerja aktual dan standar kinerja yang telah ditentukan sebelumnya. Perbedaan antara kedua kinerja tersebut dihitung dan laporan dihasilkan setelah analisis kinerja semua karyawan. Perbandingan ini penting untuk mengidentifikasi apakah ada kesenjangan antara apa yang direncanakan dengan apa yang telah dicapai.

Langkah keempat adalah menganalisis penyimpangan. Setelah membandingkan kinerja standar dengan kinerja aktual karyawan, perbedaannya dihitung. Kemudian kinerja setiap karyawan dianalisis, dan perbedaan antara target yang diberikan kepada mereka dengan persentase target yang mereka capai diamati. Analisis ini penting untuk memahami akar penyebab masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan.

Langkah kelima adalah mengambil tindakan korektif jika diperlukan. Tindakan yang diperlukan diambil sesuai dengan kebijakan perusahaan dan kinerja karyawan di masa lalu. Misalnya, tidak ada tindakan yang akan diambil terhadap karyawan yang kinerjanya baik dalam beberapa bulan terakhir. Mengambil tindakan korektif sangat penting karena jika tidak dilakukan, karyawan akan mulai menganggap enteng pekerjaan mereka dan ada kemungkinan organisasi kehilangan bisnis di masa depan. Tindakan korektif dapat berupa memperbaiki cara pelaksanaan kerja, mengubah standar jika ternyata tidak realistis, atau mengubah sistem pengukuran yang digunakan.

Jenis-Jenis Pengawasan

Berdasarkan waktu pelaksanaannya, pengawasan dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Pengawasan preventif atau feed-forward dilakukan sebelum kegiatan dimulai untuk mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi. Jenis pengawasan ini bersifat proaktif dan bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan atau penyimpangan sebelum pekerjaan dimulai. Pengawasan konkuren atau concurrent dilakukan saat kegiatan sedang berlangsung, sehingga masalah dapat dideteksi dan diperbaiki secara langsung selama proses berjalan. Pengawasan represif atau feedback dilakukan setelah kegiatan selesai, biasanya berdasarkan laporan hasil yang telah diserahkan.

Berdasarkan objeknya, pengawasan dapat dilakukan terhadap berbagai aspek organisasi seperti pengawasan produksi yang mencakup kualitas dan kuantitas output, pengawasan keuangan yang memastikan penggunaan dana sesuai dengan anggaran, pengawasan waktu yang memastikan jadwal pelaksanaan sesuai rencana, dan pengawasan sumber daya manusia yang memastikan karyawan bekerja sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan.

Berdasarkan subjek yang melakukan pengawasan, terdapat pengawasan internal yang dilakukan oleh atasan langsung atau manajer di dalam perusahaan, dan pengawasan eksternal yang dilakukan oleh pihak luar seperti auditor independen atau bahkan masyarakat yang melakukan kontrol sosial terhadap organisasi.

Metode Pengawasan

Metode pengawasan dapat dibagi menjadi dua kategori utama. Metode non-kuantitatif tidak menggunakan angka dalam prosesnya, melainkan menggunakan pendekatan seperti pengamatan langsung atau observasi di lapangan, inspeksi berkala, laporan lisan dari bawahan kepada atasan, dan diskusi antara manajer dan bawahan untuk membahas perkembangan pekerjaan. Metode ini lebih bersifat kualitatif dan mengandalkan penilaian subjektif dari pengawas.

Sementara itu, metode kuantitatif menggunakan data angka sebagai dasar pengawasan. Metode ini mencakup penggunaan anggaran sebagai alat kontrol keuangan, audit untuk memeriksa keakuratan laporan keuangan dan kepatuhan terhadap prosedur, analisis break-even point untuk menentukan titik impas usaha, analisis rasio untuk menilai kesehatan keuangan organisasi, dan penggunaan bagan Gantt atau PERT untuk mengontrol jadwal pelaksanaan proyek. Metode kuantitatif cenderung lebih objektif karena didasarkan pada data dan fakta yang terukur.

Pentingnya Fungsi Controlling dalam Organisasi

Fungsi controlling memiliki berbagai manfaat penting bagi organisasi. Pertama, controlling memotivasi karyawan. Pengawasan bukan hanya tentang memberikan perintah kepada karyawan, tetapi juga tentang membimbing mereka sepanjang proses dan memberikan bantuan di tempat yang mereka butuhkan. Manajer juga memastikan bahwa setiap karyawan melakukan pekerjaannya dengan dedikasi yang tepat dan menegur mereka jika tidak memberikan 100 persen usaha. Ketika target diberikan kepada karyawan, ini memberikan mereka tujuan untuk bekerja. Target memotivasi mereka untuk pergi bekerja dan bekerja keras untuk mencapai target tersebut. Karyawan yang termotivasi pada akhirnya akan berkinerja jauh lebih baik dari kapasitas aktual mereka.

Kedua, controlling memastikan penggunaan sumber daya yang efisien. Pengawasan dalam manajemen membantu penggunaan sumber daya yang tepat yang tersedia dalam organisasi. Dalam lingkungan yang terkontrol, karyawan menggunakan sumber daya dengan benar dan berhati-hati saat menggunakannya. Dengan kontrol, manajemen dapat memastikan bahwa karyawan mendapatkan output maksimum dari sumber daya yang tersedia bagi mereka.

Ketiga, controlling menciptakan disiplin dalam organisasi. Disiplin diperlukan untuk mencapai tujuan dalam waktu yang diinginkan dan dengan sumber daya yang tersedia. Orang cenderung menjadi ceroboh jika tindakan mereka tidak dikontrol dan jika mereka tahu tidak ada yang mempertanyakan mereka. Dengan mengontrol, manajemen tidak hanya mengontrol tindakan karyawan tetapi juga memastikan bahwa mereka melakukan output maksimum yang dapat diperoleh.

Keempat, controlling memastikan koordinasi tindakan. Dalam organisasi besar, ada ratusan karyawan yang bekerja bersama. Pekerjaan yang berbeda berlangsung di departemen yang berbeda pada waktu yang sama. Jika tidak ada koordinasi antara karyawan organisasi, mereka mungkin akhirnya kehilangan banyak sumber daya yang dapat menyebabkan kerugian bagi organisasi daripada menyebabkan keuntungan. Oleh karena itu, peran manajemen adalah mengoordinasikan tindakan karyawan yang bekerja di departemen yang berbeda dan ada sedikit komunikasi di antara mereka. Manajemen bertindak sebagai benang merah di antara mereka dan memastikan bahwa tindakan semua karyawan yang bekerja di departemen yang berbeda diarahkan ke satu arah bersama yaitu arah untuk mencapai tujuan bersama organisasi.

Kelima, controlling membantu dalam menentukan penilaian yang tepat tentang standar. Standar tidak dapat ditentukan berdasarkan firasat semata. Manajemenlah yang memastikan bahwa standar ditentukan dengan analisis yang tepat terhadap kinerja proyek masa lalu, kondisi pasar, sumber daya yang tersedia, dan kapasitas organisasi. Semua ini dapat dilakukan jika manajemen mengontrol pekerjaan dalam organisasi dan dengan keahlian serta keterampilan mereka dapat membuat penilaian standar yang tepat.

Keenam, controlling membantu pencapaian tujuan organisasi. Pemilik bisnis atau manajemen puncak telah menempatkan uang mereka dalam bisnis dengan niat untuk menghasilkan lebih banyak uang darinya. Oleh karena itu, tujuan utama mereka dalam setiap proyek adalah untuk menghasilkan lebih banyak keuntungan, dan seorang manajer di tingkat bawah bertanggung jawab atas kinerja timnya. Oleh karena itu, seorang manajer selalu mengontrol tindakan orang-orang yang bekerja di timnya dengan memanfaatkan proses pengawasan secara efektif.

Tujuan Fundamental Pengawasan

Pengawasan sangat penting untuk memastikan organisasi berjalan efektif dan efisien. Tujuan utama pengawasan meliputi beberapa aspek krusial. Pertama, pengawasan bertujuan untuk meminimalkan atau menghentikan kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan ketidakadilan yang mungkin terjadi dalam organisasi. Dengan adanya sistem pengawasan yang baik, potensi kerugian dapat diminimalkan sejak dini.

Kedua, pengawasan bertujuan untuk mencegah terulangnya kembali kesalahan yang sama di masa depan. Melalui proses evaluasi dan pembelajaran dari kesalahan masa lalu, organisasi dapat membangun sistem yang lebih baik dan menghindari jebakan yang sama.

Ketiga, pengawasan bertujuan menciptakan suasana kerja yang transparan, jujur, dan akuntabel. Lingkungan kerja yang terbuka dan bertanggung jawab akan mendorong karyawan untuk bekerja dengan integritas tinggi dan mengurangi potensi kecurangan atau penyalahgunaan wewenang.

Keempat, pengawasan bertujuan meningkatkan kelancaran operasi dan kinerja organisasi secara keseluruhan. Dengan sistem pengawasan yang efektif, hambatan dan masalah dapat diidentifikasi dan diselesaikan dengan cepat sehingga operasional organisasi dapat berjalan lebih lancar dan efisien.

Aplikasi Praktis Controlling dalam Berbagai Aspek Manajemen

Dalam praktiknya, controlling diterapkan dalam berbagai aspek manajemen organisasi. Dalam pengukuran kinerja, manajemen bertugas memberikan tugas kepada karyawan dan kemudian mengukur kinerja mereka. Dengan mengukur kinerja setiap karyawan, manajemen dapat mengetahui upaya dan tindakan setiap karyawan dan menggunakan informasi ini untuk mengambil keputusan penting seperti memberikan promosi, kenaikan gaji, atau bonus.

Dalam perencanaan strategis, manajemen memainkan peran penting dalam merencanakan strategi dan menentukan tujuan organisasi. Mereka juga merencanakan bagaimana tujuan ini dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Pengendalian memastikan bahwa strategi yang telah direncanakan dapat diimplementasikan dengan efektif dan disesuaikan jika diperlukan.

Dalam pengelolaan keuangan, manajemen bertanggung jawab mengelola keuangan organisasi. Mereka mengambil keputusan penting seperti berapa banyak dana yang harus dialokasikan untuk proyek tertentu. Mereka juga memastikan apakah proyek tersebut menguntungkan bagi organisasi atau tidak dan mengambil tindakan korektif yang sesuai.

Dalam pengawasan sumber daya manusia, peran manajemen adalah mengawasi pekerjaan karyawan dan meningkatkan produktivitas serta efisiensi mereka. Seorang manajer memastikan bahwa semua karyawannya bekerja pada kapasitas optimal dan bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.

Dalam pengendalian risiko, manajemen mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang terlibat pada tahap awal dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindarinya atau meminimalkan dampaknya. Pengawasan yang baik memungkinkan organisasi untuk lebih siap menghadapi berbagai risiko yang mungkin terjadi.

Dalam peningkatan kinerja berkelanjutan, controlling dalam manajemen diperlukan untuk terus meningkatkan kinerja seluruh tim. Manajer dapat menganalisis kinerja setiap karyawan dan membantu atau memberikan instruksi kepada mereka untuk meningkatkan kinerja mereka dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Dalam manajemen persediaan, manajemen bertanggung jawab mengontrol persediaan sehingga tidak pernah terjadi kekurangan atau kelebihan pasokan, dan semuanya berjalan tanpa masalah. Pengendalian persediaan yang baik dapat menghemat biaya penyimpanan dan mencegah kerugian akibat barang kadaluarsa atau rusak.

Dalam jaminan kualitas, kontrol sangat penting untuk memastikan kualitas produk atau layanan. Beberapa organisasi dikenal karena kualitas mereka, dan mereka mungkin mengalami pukulan besar terhadap bisnis mereka jika tidak menjaga standar kualitas. Oleh karena itu, dalam organisasi semacam itu, manajer melakukan segalanya untuk mempertahankan standar kualitas yang telah ditetapkan.

Kesimpulan

Fungsi controlling atau pengawasan merupakan elemen vital dalam sistem manajemen yang efektif. Melalui pengawasan yang sistematis dan terstruktur, organisasi dapat memastikan bahwa semua aktivitas berjalan sesuai rencana, sumber daya digunakan secara optimal, dan tujuan organisasi dapat tercapai. Pengawasan yang baik tidak hanya berfokus pada identifikasi masalah, tetapi juga pada pencegahan masalah di masa depan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip controlling dengan baik, organisasi dapat meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya saingnya dalam lingkungan bisnis yang dinamis.


MATERI PENGAYAAN (Rangkuman Video)

Video pembelajaran ini ("Pengawasan (Controlling) dalam Manajemen" oleh Dewanti Risa Utami) menjelaskan tentang controlling atau pengawasan sebagai salah satu fungsi fundamental manajemen, melengkapi tiga fungsi lainnya yaitu planning, organizing, dan actuating.


Pengawasan vs. Pengendalian

Video ini membedakan antara pengawasan dan pengendalian. Pengawasan adalah proses yang lebih luas untuk memastikan bahwa semua aktivitas yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan bersifat periodik atau berkala, misalnya harian atau bulanan, dan fokus pada pengukuran kinerja. Pengawasan bisa dilakukan oleh pihak eksternal seperti auditor. Sementara itu, pengendalian adalah tindakan yang diambil setelah proses pengawasan menemukan adanya ketidaksesuaian atau masalah. Pengendalian dilakukan setiap saat masalah ditemukan dan merupakan rencana tindak lanjut yang biasanya dieksekusi oleh pihak internal.

Tujuan dan Pentingnya Pengawasan

Pengawasan sangat penting untuk memastikan organisasi berjalan efektif dan efisien. Tujuan utamanya meliputi meminimalkan atau menghentikan kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan ketidakadilan, mencegah terulangnya kembali kesalahan yang sama, menciptakan suasana kerja yang transparan, jujur, dan akuntabel, serta meningkatkan kelancaran operasi dan kinerja organisasi.

Proses Pengawasan

Video ini menguraikan proses pengawasan yang sistematis dalam lima langkah. Pertama, menentukan standar dan metode penilaian dengan menetapkan patokan atau standar kinerja sebagai alat ukur. Kedua, menilai kinerja dengan melakukan pengukuran terhadap pelaksanaan kegiatan. Ketiga, membandingkan kinerja dengan standar untuk melihat apakah ada kesenjangan antara hasil dan rencana. Keempat, menganalisis penyimpangan untuk mencari tahu mengapa terjadi ketidaksesuaian. Kelima, mengambil tindakan koreksi jika kinerja tidak sesuai standar. Tindakan ini bisa berupa memperbaiki pelaksanaan atau cara kerja, mengubah standar jika standarnya ternyata tidak realistis, atau mengubah sistem pengukuran.

Jenis-Jenis Pengawasan

Pengawasan dapat dikategorikan dari beberapa sudut pandang. Berdasarkan waktu pelaksanaan, terdapat pengawasan preventif atau feed-forward yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai untuk mengantisipasi masalah, pengawasan konkuren atau concurrent yang dilakukan saat kegiatan sedang berlangsung, dan pengawasan represif atau feedback yang dilakukan setelah kegiatan selesai berdasarkan laporan hasil. Berdasarkan objek, pengawasan dapat dilakukan terhadap produksi dalam hal kualitas atau kuantitas, keuangan, waktu atau jadwal, dan sumber daya manusia. Berdasarkan subjek, terdapat pengawasan internal yang dilakukan oleh atasan langsung atau manajer di dalam perusahaan, dan pengawasan eksternal yang dilakukan oleh pihak luar seperti auditor independen atau bahkan masyarakat.

Metode Pengawasan

Metode yang digunakan dibagi menjadi dua kategori. Metode non-kuantitatif tidak menggunakan angka, seperti pengamatan langsung atau observasi, inspeksi, laporan lisan, dan diskusi antara manajer dan bawahan. Metode kuantitatif menggunakan data angka, seperti anggaran, audit, analisis break-even point (BEP), analisis rasio, dan bagan Gantt atau PERT.


Diskusi Sesi 6

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menjamin agar apa yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengawasan sendiri sebagai suatu proses tentunya melalui tahapan-tahapan pula, sehingga proses pengawasan itu dapat dilihat sebagai suatu sistem, yang kesemuanya akan memberikan informasi beserta data yang diperlukan bagi perbaikan perencanaan selanjutnya. Pengawasan kuantitas mengikuti aliran sistem, perolehan bahan-bahan mentah dari berbagai sumber (input), pengolahan terhadap input (proses), hasil dari pengolahan tersebut yang disebut produk atau jasa (output). Inti pengawasan kualitas dimaksudkan agar kualitas barang yang dihasilkan memenuhi atau sesuai baik fungsi barangnya.

Komen aja dulu siapa tau akrab! Kebijakan Komentar